.

Search

Sabtu, 22 Mei 2021

Bahasa Indonesia | Penggunaan Bahasa Indonesia di media sosial, dan Bunyi Tiruan (Onomatope)

Bahasa Indonesia | Penggunaan Bahasa Indonesia di media sosial, dan Bunyi Tiruan (Onomatope)


A. PERTANYAAN

  1. Utarakan sikap Anda tentang penggunaan Bahasa Indonesia di media sosial seperti Twitter , Facebook , dan Instagram yang keluar dari kaidah Bahasa Indonesia seperti penggunaan angka, tanda baca, Bahasa alay, dan yang menyinggung SARA.
  2. Bunyi tiruan (onomatope) suara hewan berbeda di setiap negara. Tiruan suara anjing di Indonesia gonggongannya berbunyi "guk guk 'di Jepang" wang wang', dan juga di Korea "mang mang." Menurut Anda apa penyebab perbedaan bunyi onomatope tersebut?  

B. JAWABAAN

1.    1. Dewasa ini, perkembangan dunia teknologi semakin canggih khususnya media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram. Dilansir dari detik.com berdasarkan laporan terbaru We Are Social pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.  

Menyikapi fenomena ini, ada perilaku pengguna media sosial yang menjadi pro-kontra dikalangan ahli Bahasa Indonesia mengenai penggunaan Bahasa Indonesia dalam media sosial yang keluar dari kaidah Bahasa Indonesia seperti penggunaan angka, tanda baca, Bahasa alay dan menyinggung SARA.

Kelompok yang kontra menganggap bahwa pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena merupakan lambang kebanggaan dan identitas nasional serta alat pemersatu bangsa. Sedangkan yang pro menganggap bahwa Bahasa Indonesia terlalu kaku dan terlalu banyak aturan.

Sikap saya selaku pengguna Bahasa Indonesia mengenai hal ini menganggap bahwa seharusnya setiap pengguna Bahasa Indonesia menjadi lebih hati-hati terhadap perkembangan varian Bahasa Indonesia yang berkembang di media sosial, di samping harus semakin peduli terhadap penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Juga turut aktif dalam menjadikan Bahasa Indonesia di media sosial sebagai bahasa yang baik dan tidak menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sarkasme, ujaran kebencian dan rasis. Dikhawatirkan jika kebiasaan ini terus dijalankan akan berdampak negatif seperti kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan karya ilmiah, penggunaan bahasa informal/gaul dalam acara formal, dan tujuan Bahasa Indonesia yang awalnya sebagai bahasa persatuan jika digunakan untuk menyinggung SARA malah menjadi perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia.


2.  2. Onomatope secara definisi merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan dari suatu benda maupun suara dari makhluk hidup baik suara hewan maupun manusia. Penyebab perbedaan bunyi onomatope di setiap negara karena salah satu ciri bahasa yaitu bahasa bersifat arbitrer (mana suka), yang berarti tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsepnya dan tiap negara memiliki perbedaan konsep yang merupakan perbedaan interpretasi terhadap objek. Sehingga bunyi hewan yang sama terdengar berbeda oleh tiap-tiap penutur bahasa lain.

Kesimpulannya, kearbitreran onomatope adalah dalam bentuk penginterpretasian bunyinya, sehingga onomatope berbeda-beda pada bahasa-bahasa yang ada di dunia.

 


Sumber referensi:

B.Esti Pramuki [et.al]. BMP Bahasa Indonesia;1-9/MKDU4110/3sks/. Cet.33;Ed.1, Tangerang Selatan; Universitas Terbuka.

https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia (Akses 06/04/2020)

Andi Wete.  Kearbitreran Onomatope. [dokumen PDF]. (Makalah). Universitas Negeri Medan, Medan. Tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/247/1/Andi%20Wete%20Polili.pdf. (Akses 06/04/2020).

https://www.kompasiana.com/syarif1970/551b006b8133117e089de3a0/bahasa-indonesia-di-dunia-maya-ancaman-atau-peluang (Akses 06/04/2020).

0 komentar:

Posting Komentar