Manajemen Konflik dan Kompromi sebagai Solusi Konflik
1. Manajemen Konflik
dapat mengatasi konflik dengan mendorong konflik, mengurangi konflik, atau
mengatasi konflik.
a. Mendorong Konflik
Konflik yang sehat diperlukan dalam suatu organisasi. Beberapa cara
dapat dipakai untuk mendorong konflik.
(1) Manajer dapat mendorong konflik dengan mengadakan kompetisi
atau persaingan, menawarkan bonus, atau menggunakan stimulus yang lain.
(2) Mendatangkan orang luar juga dapat meningkatkan konflik,
khususnya jika manajer dari luar tersebut mempunyai kebiasaan yang lain dari
kebiasaan yang ada dalam organisasi saat ini.
(3) Cara lain adalah dengan merubah prosedur yang sudah mapan.
(4) Restrukturisasi organisasi dengan mengubah departemen dan
struktur wewenang dapat menciptakan periode ketidakpastian dan penyesuaian.
(5) Mengubah jaringan informasi dapat mendorong konflik.
(6) Memilih manajer yang tepat.
b. Mengurangi Konflik
Pengurangan konflik bertujuan mendinginkan situasi meskipun tidak
memecahkan sumber yang mendorong konflik. Beberapa cara dapat digunakan untuk mengurangi
konflik.
(1) Menambah sumber daya yang di perebutkan dapat mengurangi
konflik, tentunya jika organisasi mempunyai sumber daya yang cukup.
(2) Manajer dapat mengganti tujuan-tujuan yang menjadi sumber
konflik dengan tujuan yang lebih tinggi dan yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang bertentangan.
(3) Memasukan “musuh” yang dapat menyatukan pihak-pihak yang
bertentangan. Pada waktu karyawan organisasi meminta kenaikan gaji, sedangkan
situasi ekonomi tidak mendukung, manajer dapat mengingatkan bahwa organisasi
harus efisien dan salah satu cara mengefisienkan organisasi adalah
mengendalikan upah pekerja. Kalau tidak, pesaing akan menghancurkan organisasi.
(4) Koordinasi dapat dilakukan untuk mengurangi konflik. Beberapa
teknik koordinasi, seperti integrasi departemen, menggunakan prosedur dan
aturan serta menggunakan hierarki manajerial merupakan teknik yang dapat
dipakai.
(5) Manajemen dinamika interpersonal merupakan cara lain untuk
mengurangi konflik.
c. Mengatasi Konflik
Ada tiga jenis pemecahan: Dominasi atau penekanan, kompromi, dan
pendekatan integratif.
(1) Dominasi
Dominasi mempunyai ciri: (a) menekan konflik, bukannya mengatasi
konflik agar tidak tampak lagi di permukaan; (b) menghasilkan situasi
menang-kalah (win-lose), yaitu pihak yang kalah dipaksa untuk menyerah.
Beberapa cara dominasi:
(a) Penekanan (forcing): dengan cara ini, manajer mengambil
suatu keputusan tertentu.
(b) Penenangan (smoothing): cara semacam ini merupakan cara
yang lebih diplomatis.
(c) Penghindaran (avoidance): manajer tidak mau menangani
atau pura-pura tidak tahu adanya konflik.
(d) Aturan mayoritas (majority rules): konflik diselesaikan
dengan pemungutan suara.
(e) Akomodasi dilakukan jika salah satu pihak yang berkonflik
bersedia memenuhi keinginan pihak lainnya.
(f) Kompetisi: dalam kompetisi, masing-masing pihak yang berkonflik
dibiarkan mencapai tujuannya sendiri, tanpa memedulikan kepentingan atau tujuan
pihak lainnya.
(2) Kompromi
Kompromi dilakukan untuk menemukan jalan tengah yang dapat diterima
oleh pihak yang bertentangan. Cara ini membuat pihak-pihak yang bertentangan
tidak merasa frustasi atau dikecewakan meskipun tidak ada pihak yang terpuaskan
penuh. Cara ini dimungkinkan jika setiap pihak yang berkepentingan tidak hanya
memfokuskan pada tujuan pribadinya, tetapi juga bersedia mencapai tujuan pihak
lainnya. Masing masing pihak bersedia memberi dan menerima serta bersedia
memberikan toleransi kepada pihak lain sampai solusi yang terbaik ditemukan.
Meskipun tampaknya cara ini baik untuk individu yang terlibat, dari segi
organisasi cara ini mempunyai kerugian karena dalam kompromi hasil yang
diperoleh cenderung suboptimal (tidak optimal). Berikut bentuk-bentuk kompromi
:
(a) Pemisahan (separation): pihak-pihak yang terlibat
dipisahkan sampai mereka sepakat terhadap suatu pemecahan.
(b) Arbitrasi: pihak-pihak yang bertentangan menyerahkan
masalahnya ke pihak ketiga untuk menyelsaikan masalah tersebut.
(c) Pemecahan secara random (by chance): pemecahan dilakukan
apabila konflik tidak terlalu besar.
(d) Kembali ke peraturan yang berlaku. Aturan yang berlaku dalam
organisasi digunakan untuk memecahkan konflik.
(e) Kompensasi (bribing): satu pihak menerima kompensasi
untuk mengalah.
c. Pendekatan integratif
Dengan pendekatan ini, konflik antarkelompok diubah menjadi situasi
pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan dengan teknik pemecahan
masalah. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dihadirkan bersama, kemudian
mereka mendiskusikan pemecahan masalah yang terbaik. Manajer yang mendorong
pertukaran informasi serta diskusi yang bebas menekankan manfaat bersama yang
akan diperoleh dari pemecahan yang optimal dan mempunyai kemungkinan yang
tinggi untuk memperoleh pemecahan yang integral. Tiga jenis pemecahan yang
integral sebagai berikut.
(1) Konsensus: pihak yang terlibat dipertemukan, kemudian
mendiskusikan pemecahan terbaik, bukan pemecahan yang tidak memenangkan salah
satu pihak. Konsensus biasanya menawarkan pemecahan yang lebih baik dibanding
dengan pemecahan individual. Manajer harus berhati-hati terhadap konsensus yang
terlalu awal karena pihak yang terlibat barangkali hanya menginginkan diskusi
lebih cepat selesai, bukan mencari alternatif yang paling baik.
(2) Konfrontasi: dalam konfrontasi, pihak-pihak yang bertentangan
dihadapkan dan saling menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain.
Alasan terjadinya konflik kemudian dianalisis dan dengan kesedian menerima
pemecahan, alternatif yang rasional dapat dicari.
(3) Penetapan tujuan yang lebih tinggi juga dapat dipakai dalam
pendekatan ini jika tujuan tersebut dapat memasukan tujuan yang lebih rendah
yang saling bertentangan.
2.
Mengatasi konflik dengan kompromi
Kompromi dilakukan untuk menemukan jalan tengah yang dapat diterima
oleh pihak yang bertentangan. Cara ini membuat pihak-pihak yang bertentangan
tidak merasa frustasi atau dikecewakan meskipun tidak ada pihak yang terpuaskan
penuh. Cara ini dimungkinkan jika setiap pihak yang berkepentingan tidak hanya
memfokuskan pada tujuan pribadinya, tetapi juga bersedia mencapai tujuan pihak
lainnya. Masing-masing pihak bersedia memberi dan menerima serta bersedia
memberikan toleransi kepada pihak lain sampai solusi yang terbaik ditemukan.
Meskipun tampaknya cara ini baik untuk individu yang terlibat, dari segi
organisasi cara ini mempunyai kerugian karena dalam kompromi hasil yang
diperoleh cenderung suboptimal (tidak optimal). Berikut bentuk-bentuk kompromi
:
(a) Pemisahan (separation): pihak-pihak yang terlibat
dipisahkan sampai mereka sepakat terhadap suatu pemecahan.
(b) Arbitrasi: pihak-pihak yang bertentangan menyerahkan
masalahnya ke pihak ketiga untuk menyelsaikan masalah tersebut.
(c) Pemecahan secara random (by chance): pemecahan dilakukan
apabila konflik tidak terlalu besar.
(d) Kembali ke peraturan yang berlaku. Aturan yang berlaku dalam
organisasi digunakan untuk memecahkan konflik.
(e) Kompensasi (bribing): satu pihak menerima kompensasi
untuk mengalah.
Sumber
referensi :
BMP
Manajemen;1-2/EKMA4116/4sks/Mamduh Hanafi, cet.12;Ed.2.
0 komentar:
Posting Komentar