.

Search

Kamis, 27 Mei 2021

Manajemen Konflik dan Kompromi sebagai Solusi Konflik

Manajemen Konflik dan Kompromi sebagai Solusi Konflik

1.  Manajemen Konflik dapat mengatasi konflik dengan mendorong konflik, mengurangi konflik, atau mengatasi konflik.

a. Mendorong Konflik

Konflik yang sehat diperlukan dalam suatu organisasi. Beberapa cara dapat dipakai untuk mendorong konflik.

(1) Manajer dapat mendorong konflik dengan mengadakan kompetisi atau persaingan, menawarkan bonus, atau menggunakan stimulus yang lain.

(2) Mendatangkan orang luar juga dapat meningkatkan konflik, khususnya jika manajer dari luar tersebut mempunyai kebiasaan yang lain dari kebiasaan yang ada dalam organisasi saat ini.

(3) Cara lain adalah dengan merubah prosedur yang sudah mapan.

(4) Restrukturisasi organisasi dengan mengubah departemen dan struktur wewenang dapat menciptakan periode ketidakpastian dan penyesuaian.

(5) Mengubah jaringan informasi dapat mendorong konflik.

(6) Memilih manajer yang tepat.

b. Mengurangi Konflik

Pengurangan konflik bertujuan mendinginkan situasi meskipun tidak memecahkan sumber yang mendorong konflik. Beberapa cara dapat digunakan untuk mengurangi konflik.

(1) Menambah sumber daya yang di perebutkan dapat mengurangi konflik, tentunya jika organisasi mempunyai sumber daya yang cukup.

(2) Manajer dapat mengganti tujuan-tujuan yang menjadi sumber konflik dengan tujuan yang lebih tinggi dan yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bertentangan.

(3) Memasukan “musuh” yang dapat menyatukan pihak-pihak yang bertentangan. Pada waktu karyawan organisasi meminta kenaikan gaji, sedangkan situasi ekonomi tidak mendukung, manajer dapat mengingatkan bahwa organisasi harus efisien dan salah satu cara mengefisienkan organisasi adalah mengendalikan upah pekerja. Kalau tidak, pesaing akan menghancurkan organisasi.

(4) Koordinasi dapat dilakukan untuk mengurangi konflik. Beberapa teknik koordinasi, seperti integrasi departemen, menggunakan prosedur dan aturan serta menggunakan hierarki manajerial merupakan teknik yang dapat dipakai.

(5) Manajemen dinamika interpersonal merupakan cara lain untuk mengurangi konflik.

c. Mengatasi Konflik

Ada tiga jenis pemecahan: Dominasi atau penekanan, kompromi, dan pendekatan integratif.

(1) Dominasi

Dominasi mempunyai ciri: (a) menekan konflik, bukannya mengatasi konflik agar tidak tampak lagi di permukaan; (b) menghasilkan situasi menang-kalah (win-lose), yaitu pihak yang kalah dipaksa untuk menyerah. Beberapa cara dominasi:

(a) Penekanan (forcing): dengan cara ini, manajer mengambil suatu keputusan tertentu.

(b) Penenangan (smoothing): cara semacam ini merupakan cara yang lebih diplomatis.

(c) Penghindaran (avoidance): manajer tidak mau menangani atau pura-pura tidak tahu adanya konflik.

(d) Aturan mayoritas (majority rules): konflik diselesaikan dengan pemungutan suara.

(e) Akomodasi dilakukan jika salah satu pihak yang berkonflik bersedia memenuhi keinginan pihak lainnya.

(f) Kompetisi: dalam kompetisi, masing-masing pihak yang berkonflik dibiarkan mencapai tujuannya sendiri, tanpa memedulikan kepentingan atau tujuan pihak lainnya.

(2) Kompromi

Kompromi dilakukan untuk menemukan jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertentangan. Cara ini membuat pihak-pihak yang bertentangan tidak merasa frustasi atau dikecewakan meskipun tidak ada pihak yang terpuaskan penuh. Cara ini dimungkinkan jika setiap pihak yang berkepentingan tidak hanya memfokuskan pada tujuan pribadinya, tetapi juga bersedia mencapai tujuan pihak lainnya. Masing masing pihak bersedia memberi dan menerima serta bersedia memberikan toleransi kepada pihak lain sampai solusi yang terbaik ditemukan. Meskipun tampaknya cara ini baik untuk individu yang terlibat, dari segi organisasi cara ini mempunyai kerugian karena dalam kompromi hasil yang diperoleh cenderung suboptimal (tidak optimal). Berikut bentuk-bentuk kompromi :

(a) Pemisahan (separation): pihak-pihak yang terlibat dipisahkan sampai mereka sepakat terhadap suatu pemecahan.

(b) Arbitrasi: pihak-pihak yang bertentangan menyerahkan masalahnya ke pihak ketiga untuk menyelsaikan masalah tersebut.

(c) Pemecahan secara random (by chance): pemecahan dilakukan apabila konflik tidak terlalu besar.

(d) Kembali ke peraturan yang berlaku. Aturan yang berlaku dalam organisasi digunakan untuk memecahkan konflik.

(e) Kompensasi (bribing): satu pihak menerima kompensasi untuk mengalah.

c. Pendekatan integratif

Dengan pendekatan ini, konflik antarkelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan dengan teknik pemecahan masalah. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dihadirkan bersama, kemudian mereka mendiskusikan pemecahan masalah yang terbaik. Manajer yang mendorong pertukaran informasi serta diskusi yang bebas menekankan manfaat bersama yang akan diperoleh dari pemecahan yang optimal dan mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk memperoleh pemecahan yang integral. Tiga jenis pemecahan yang integral sebagai berikut.

(1) Konsensus: pihak yang terlibat dipertemukan, kemudian mendiskusikan pemecahan terbaik, bukan pemecahan yang tidak memenangkan salah satu pihak. Konsensus biasanya menawarkan pemecahan yang lebih baik dibanding dengan pemecahan individual. Manajer harus berhati-hati terhadap konsensus yang terlalu awal karena pihak yang terlibat barangkali hanya menginginkan diskusi lebih cepat selesai, bukan mencari alternatif yang paling baik.

(2) Konfrontasi: dalam konfrontasi, pihak-pihak yang bertentangan dihadapkan dan saling menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain. Alasan terjadinya konflik kemudian dianalisis dan dengan kesedian menerima pemecahan, alternatif yang rasional dapat dicari.

(3) Penetapan tujuan yang lebih tinggi juga dapat dipakai dalam pendekatan ini jika tujuan tersebut dapat memasukan tujuan yang lebih rendah yang saling bertentangan.

 

2. Mengatasi konflik dengan kompromi

Kompromi dilakukan untuk menemukan jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertentangan. Cara ini membuat pihak-pihak yang bertentangan tidak merasa frustasi atau dikecewakan meskipun tidak ada pihak yang terpuaskan penuh. Cara ini dimungkinkan jika setiap pihak yang berkepentingan tidak hanya memfokuskan pada tujuan pribadinya, tetapi juga bersedia mencapai tujuan pihak lainnya. Masing-masing pihak bersedia memberi dan menerima serta bersedia memberikan toleransi kepada pihak lain sampai solusi yang terbaik ditemukan. Meskipun tampaknya cara ini baik untuk individu yang terlibat, dari segi organisasi cara ini mempunyai kerugian karena dalam kompromi hasil yang diperoleh cenderung suboptimal (tidak optimal). Berikut bentuk-bentuk kompromi :

(a) Pemisahan (separation): pihak-pihak yang terlibat dipisahkan sampai mereka sepakat terhadap suatu pemecahan.

(b) Arbitrasi: pihak-pihak yang bertentangan menyerahkan masalahnya ke pihak ketiga untuk menyelsaikan masalah tersebut.

(c) Pemecahan secara random (by chance): pemecahan dilakukan apabila konflik tidak terlalu besar.

(d) Kembali ke peraturan yang berlaku. Aturan yang berlaku dalam organisasi digunakan untuk memecahkan konflik.

(e) Kompensasi (bribing): satu pihak menerima kompensasi untuk mengalah.

 


Sumber referensi :

BMP Manajemen;1-2/EKMA4116/4sks/Mamduh Hanafi, cet.12;Ed.2.

 

0 komentar:

Posting Komentar